Menghitung Kisaran Waktu Finish di Trail Run Tahura 42

Sebuah race yang selalu menarik. Menarik karena tak butuh banyak kualifikasi untuk mendaftar. Jadwal berada di awal tahun dimana banyak orang sedang bersemangat dengan target resolusi masing-masing. Tahura sangat pas dijadikan race transisi dari road ke trail atau sebelum menuju ultra. Makin menarik karena COT-nya sangat longgar selama 10 jam. Dengan menggunakan skala effort, Tahura 42 (Distance 41.4km + Ascent 1280m) adalah 54.2 K, anggaplah 55 K, dengan waktu tempuh maksimal selama 600 menit, kita cukup jogging dengan pace 10 untuk mencapai garis finish sebelum panitia bubar.

https://tracedetrail.com/index.php/en/trace/trace/45552

Itu jika kita tidak nyasar. Bagaimana jika nyasar dan sering berhenti di WS atau foto-foto?

Bermain di avg pace 9 untuk flat 55K atau berarti sekitar avg pace 14-an di Tahura 42 paling aman lah. Banyak yang bertanya, bagaimana jika memiliki catatan waktu FM di road (flat) dengan avg pace 6 atau setara elapsed 4:12 – 4:15, di Tahura 42 nanti berapa proyeksi elapsed hingga finish?

Tahun 2017, trek Tahura 42 lumayan becek dan banyak bekas lumpur mengingat malam sebelumnya diguyur hujan plus sudah dilalui race kategori night trail. Asumsi trek Sabtu (20/1) besok itu kering, Tahura akan sangat runnable. Artinya, akan besar kemungkinan CR milik Abdoullah Mitiche 04:02:16 akan pecah. Apalagi jika menengok entry list peserta ada beberapa nama yang sangat potensial mencapai garis finish sebelum 4 jam termasuk Mitiche sendiri.

Jika Anda mampu berlari flat sejauh 55K dengan avg pace 7:00 berarti elapsednya adalah 385 menit atau setara 6 jam 25 menit
Avg pace 6:30 => 357 menit => 6 jam-an
Avg pace 6:00 => 330 menit => 5 jam 30 menit
Avg pace 5:30 => 303 menit => 5 jam 3 menit
Avg pace 5:00 => 275 menit => 4 jam 35 menit
Avg pace 4:30 => 248 menit => 4 jam 8 menit
Avg pace 4:00 => 220 menit => 3 jam 40 menit

Masalahnya, tak segampang itu memproyeksikan rute trail ke flat. Cara di atas hanyalah cara paling sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi avg pace seperti berapa total tanjakan dan turunan termasuk berapa gradiennya. Makin curam dan panjang tanjakan, pace cenderung makin lambat dan kalori yang dikeluarkan makin banyak. Sebaliknya, makin curam turunan bukan berarti kita akan selalu mendapatkan pace cepat. Semua kembali kepada teknik berlari trail dan power individu dari pelari seperti teknik uphill dan downhill serta endurance juga strength. Banyak tipikal pelari yang kalah di tanjakan, tapi menang di turunan. Juga banyak yang kuat di flat, namun habis saat bertemu tanjakan.

Di strava ada fitur GAP. Fitur ini mencoba memproyeksikan rute trail ke flat. Tentu saja, saat tanjakan akan mendapat hitungan sendiri, termasuk juga saat turunan. Ini pun hanya kisaran versi Strava saja. Dari data Strava milik Abdoullah Mitiche saat Tahura 42 tahun lalu, dia berlari dengan avg pace 5:55 dan avg pace GAP-nya 5:19. Sekadar tambahan catatan, waktu FM road Mitiche di Bogor Sundown Marathon 2017 adalah 02:59:46 atau avg pace 4:15. Sepertinya catatan ini menjadi sesuai dengan skala effort Tahura 42 yang setara 55K flat. Jika di Tahura 42, Mitiche yang sanggup berlari di FM Road dengan avg pace 4:15, mampu mencapai garis finish nyaris 4 jam. Sepertinya Mitiche sangat potensial mampu berlari flat 55K dengan avg pace 4:30.

Pentingnya tempo dalam trail

Menggunakan HRM tentu sangat membantu. Karena parameter detak jantung memang paling relevan sejauh ini untuk mengukur effort kita baik saat melahap rute tanjakan, flat atau pun turunan termasuk berhenti di WS atau nongkrong foto-foto. Banyak kawan yang menggunakan metode lactate threshold untuk race dengan potensi elapsed finish cukup singkat seperti Tahura.

Dan jika melihat Strava milik Abdoullah Mitiche saat Tahura 42 tahun lalu, dia bermain di avg HR sub 160 saja.

https://www.strava.com/activities/840001065/overview

Lap Distance Time Pace GAP HR
1 25.0 km 2:32:38 6:05 /km 5:10 /km 158 bpm
2 15.8 km 1:29:45 5:40 /km 5:35 /km 156 bpm

Sudahkah Anda menentukan target waktu finish di Tahura?

[Featured Photo: Taman Hutan Rakyat DJuanda, oleh Agus Sukaryat]

Bagaimana Cara Mendapatkan Tiket UTMB Series di Luar Lotere?

Hari Kamis (11/01) jam 16:00 WIB menjadi momen yang banyak dinantikan ribuan orang. Pengumuman siapa saja pelari yang beruntung mendapatkan lotere di race UTMB Series 2018 membuat laman UTMB sempat sedikit sulit diakses. Adiguna Tan, William Lesmana dan Patricia Shindy menjadi tiga pelari Indonesia yang beruntung di kategori UTMB selain Rhenaldi Firdaus (TDS), Ahmad Rais dan Ibnu Rizal di CCC serta Flora Andriany dan Sofia Bunda di OCC.

Jika melihat hasil pengumuman lotere kemarin, dibandingkan dengan Malaysia atau Filipina, pelari Indonesia yang akan berpartisipasi di UTMB Series nanti sepertinya lebih sedikit merujuk total pendaftar dari Indonesia yang memang cenderung sedikit.

Berikut beberapa cara untuk Mendapatkan tiket UTMB Series di luar lotere.

ITRA Indeks di atas 700
Saat ini belum ada pelari Indonesia yang memiliki IP di atas 700. Bahkan di level wanita, hanya ada satu pelari saja yang memiliki IP di atas 500. Jika Anda memiliki IP di atas 700, tinggal email saja panitia UTMB. Ini akan memperbesar peluang.

Elite di Indonesia
Jika Anda menjadi pelari elite di Indonesia, Anda berkesempatan memenangkan slot di UTMB Series tanpa harus deg-degan lewat lotere. Ada beberapa data yang harus disertakan sebagai bukti lampiran. Tak ada salahnya mencoba mengirim email ke panitia UTMB, siapa tahu Anda akan beruntung.

Mencoba 3 kali
Ini yang menarik. Jika status nama Anda ternyata Refused di tahun 2018 ini, lalu tahun depan lagi-lagi status Anda Refused, santai saja. Di 2020 otomatis status nama Anda akan Accepted – To finalize. Dengan syarat Anda mendaftar di kategori yang sama dan tetap memiliki syarat poin minimal yang dibutuhkan.

[Featured Photo: Now Your Dream Will Come True,  from promotional video by UTMB]

Melihat Timing Lokasi Psikologis Finish di BTS Ultra

Salah satu peserta BTS Ultra, Mamet dalam sebuah postingan menyebutkan bahwa jika ingin menamatkan kategori 170K, di 100K pertama sebisa mungkin harus sub 24 jam. Pernyataan senada seperti ini memang sering kita dengar di dunia race. Misalnya, jika ingin menamatkan race FM Road sub 4 jam, sebisa mungkin HM pertama harus sub 2 jam. Beberapa race menempatkan CP tertentu sebagai lokasi batas Cut Off Time dengan maksud membuat filter awal sebelum peserta meneruskan rute hingga finish, di mana garis finish otomatis juga memiliki COT.

Di Rinjani 100 menempatkan summit Rinjani (KM 22.5 / KM 18.2) sebagai COT tengah untuk semua kategori selain WS Likun (KM 50) sebagai lokasi COT tengah tambahan untuk kategori 100K. MesaStila Peaks Challenge bahkan menempatkan COT tengah di kisaran tiap 20-30 K seperti di WS Wekas (KM 28.3), WS Selo (KM 56.8) dan WS Bandongan Kulon (KM 78) untuk kategori 100K. Di Gede Pangrango 100 tidak dikenal COT tengah karena sistem looping. Kategori 50K adalah 2 loop dari kategori 25K di mana COTnya selama 9 jam dengan total waktu menjadi 18 jam. Ada tambahan waktu satu jam untuk kategori 75K dan 4 jam untuk kategori 100K.

Di BTS Ultra kategori 170K memiliki dua titik COT tengah yaitu di WS Ngadas (KM 53.8) dan WS Pananjakan (KM 100.7). Sementara WS Jemplang (KM 53.7) menjadi lokasi COT tengah untuk kategori 102K dan Kalimati (KM 32.9) menjadi lokasi COT tengah untuk kategori 70K.

Berapa peluang finish jika sudah melewati COT tengah?

Sebaiknya tiba di Pananjakan Sub 24 jam

Dari perhelatan edisi terakhir BTS Ultra, dari 10 finisher kategori 170K yang tiba terakhir di WS Pananjakan (KM 100.7) adalah Eu Jin Tan yang tiba pada hari Sabtu pukul 04:18:11 sore atau setelah menempuh perjalanan selama 23 jam 18 menit 11 detik. Padahal COT di sini masih sampai pukul 23:00 WIB atau total durasi race selama 30 jam. Sepertinya pernyataan Mamet sesuai dengan fakta ini. Eu Jin Tan sendiri akhirnya mendapatkan medali 170K keduanya dengan waktu 44:55:46.

Hindari Tiba di WS Batok setelah pukul 10 malam

Ada sebanyak 124 peserta kategori 102K yang sukses mengamankan nasibnya di WS Jemplang (KM 53.7) sebelumnya pukul 14:00 WIB. Menariknya, dari 72 finisher hanya empat orang yang tercatat tiba di lokasi COT tengah ini setelah pukul 13:00 WIB atau durasi race lebih dari 13 jam. Melihat fakta ini sepertinya 50% peserta kategori 102K sanggup melewati COT Tengah. Merujuk brutalnya rute dari WS Bromo (KM 63.5 ) hingga WS Batok (KM 74.7), apalagi jika melewati rute ini saat gelap, ternyata hanya ada 3 finisher yang tiba di sini setelah pukul 10 malam atau durasi race selama 22 jam.

Race memang berpacu dengan waktu. Terlalu riskan jika dealine waktu yang tersedia semakin mepet, sementara kondisi fisik semakin nge-drop. Namun itulah seni dari race ultra. Kala mampu menamatkan rute yang begitu panjang dengan sisa waktu terbatas, kepuasan bathin adalah bayaran yang tak ternilai harganya.

[Photo: Yulius Rianto]